Home » » Kisah Dibalik Jeruji Besi

Kisah Dibalik Jeruji Besi

Oleh, Muhammad Suryani.
(Siswa SMA Itegral Hidayatullah Batam)

Dibalik pagar kawat berduri, terdapat beberapa tempat untuk dihuni para tahanan dari berbeda-beda bangsa. Jeruji besi itu menjadi pintu dan jendela bagi mereka atas kesalahan yang dilakukannya.
Disudut jendela, ada seorang anak yang termenung akan nasibnya untuk masa depan di tempat tersebut. Malam berganti malam ia lalui, disudut kamar yang sempit dan berjeruji itu, ketika orang lain sedang tertidur pulasnya, ia masih saja menangis merenungi nasibnya yang begitu malang. Tidak ada yang mengetahui bahwa yang membuat ia dan adiknya berada ditempat tersebut adalah ibu kandungnya sendiri.
Ia tidak mengerti apa yang sesungguhnya telah terjadi pada keluarganya, pada dirinya, pada adiknya yang tidak berdosa itu. Ia juga tidak mengerti mengapa itu semua menimpa dirinya. Ia hanya bisa pasrah dengan menghabiskan hari-harinya di jeruji besi itu.
Kesedihan itu semakin bertambah ketika ia melihat teman-teman seusianya diluar sana yang merasakan kebebasan, dapat bermain sesuka hati, dan pergi bersekolah. Ia sangat sedih sekali bahkan tidak ada satu pun yang dapat menyenangkannya walaupun dia senang dengan terpaksa. Berbeda dengan adiknya, begitu senang dan dapat bercanda tawa dengan tahanan-tahanan yang ada. Karena adiknya belum bisa mengerti yang mana penjara dan mana rumah.
Ia ingin sekali terbebas dari tempat itu, tempat yang mengurung dirinya. Tapi ia berpikir bahwa mungkin ini adalah salah satu ujian bagi dirinya untuk tetap bersabar. Setiap malam seperti malam-malam sebelumnya terus menerus ia berdo’a agar dapat keluar dari cobaan dan kesulitan yang melanda dirinya saat itu. Hiangga suatu malam ia merasakan dirinya kembali memiliki semangat hidup dan yakin bahwa suatu saat ia akan terbebas dari ujian ini. Ia kemudian berdo’ kepada Allah agar diberkan kebebasan. Ia berjanji pada dirinya, suatu saat ketika terbebas nanti akan meraih cita-citanya menjadi seorang dokter yang dapat membantu orang lain
Beberapa bulan kemudian, ia seakan tidak percaya hari itu adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya. Hari itu adalah hari kebebasan dirinya dan adik tercintanya. Ia kemudian bersujud syukur dan berkata “Terima kasih yaa Allah atas kasih sayangmu kepada kami. Engkau telah mendengar do’a dan kesabaran seorang anak kecil di balik jeruji besi”.
Setelah kebebasan itu, ia kemudian berhijrah ke negeri seberang (Indonesia) negeri asalnya. Kini ia berkumpul bersama keluarga dan menjalani hari-harinya dengan belajar dan bersekolah demi cita-citanya.
Share this article :

0 comments:



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PPAS HIDAYATULLAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
Modifikasi Oleh Muhammad Albar