Home » » STIS Hidayatullah Cetak Sarjana Berkarakter Ulama

STIS Hidayatullah Cetak Sarjana Berkarakter Ulama

STIS Hidayatullah Cetak Sarjana Berkarakter Ulama

Ditulis oleh Admin
Jumat, 06 Juni 2008

Sekolah ini didesain sebagai perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif. Hidayatullah sebagai lembaga dakwah telah melahirkan kader yang idealis, loyal, dan militan, dalam memegang syariat Islam. Namun, itu saja tak cukup. Perin ditambah keunggulan ilmiah dan akademis. Hal tersebut mendasari berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan (Kalimantan Timur). Perguruan tinggi ini didesain agar mampu bersaing dan melahirkan sarjana serta pemimpin yang berkarakter ulama. Pimpinan umum Hidayatullah, Ustadz Abdurrahman Muhammad, yang juga penggagas lahirnya STIS, menegaskan, umat Islam saat ini mengalami krisis ulama. Akibatnya, seringkali umat dipermainkan dan dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, pemimpin-pemimpin yang ada sekarang memiliki dasar keagamaan yang sangat minim. Alhasil, dalam mengambil kebijakan, sering tidak berpihak pada kemaslahatan umat. Itulah sebabnya STIS Hidayatullah diharapkan bisa mengantarkan para mahasiswanya agar mempunyai kemampuan akademis, kepemimpinan leadership (kepemimpinan), dan manajerial yang tinggi.

Menurut Ustadz Nashirul Haq, Lc, MA, Ketua Yayasan Pesantren Hidayatullah Balikpapan, saat ini STIS Hidayatullah mengambil konsentrasi I1mu Syariah. Sedangkan bidang Tarbiyah dan Dakwah sudah digarap Sekolah Tinggi Agama Islam Luqmanul Hakim (STAIL) Surabaya. Sementara bidang Manajemen sudah ada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Hidayatullah Depok (Jawa Barat). Tenaga pengajar STIS Hidayatullah banyak berlatar belakang Ilmu Syariah. Ada yang lulusan Universitas Islam Madinah (Arab Saudi), Universitas Antar Bangsa Kualalumpur (Malaysia), Universitas Antar Bangsa (Sudan), dan beberapa perguruan tinggi Islam di tanah air. Pola Pembinaan Menurut Ketua STIS Hidayatullah, Ustadz Naspi Arsyad, Lc, pembinaan yang mereka lakukan meliputi empat wilayah dan empat aspek.

Pertama, di bangku kuliah. Ini untuk memaksimalkan kemampuan intelektual akademis. Kedua, di masjid. Tujuannya untuk pembinaan spritualitas sebagai modal utama dalam mengemban amanah risalah Islam. Ketiga, di asrama. Ini adalah tempat bersosialisasi dan berkomunikasi sebagai miniatur masyarakat. Juga sebagai latihan kepemimpinan dan manajerial dalam bentuk kepengasuhan atau kepengurusan asrama. Keempat, di masyarakat. Ini diperlukan untuk berinteraksi secara aktif dalam kehidupan nyata. Salah satu program STIS Hidayatullah adalah praktik kerja lapangan (PKL) atau Kuliah Amaliah Keumatan (KAUM). Program ini bukan hanya untuk mahasiswa semester akhir, tapi sejak tahun pertama.

Sejumlah mahasiswa telah dikirim ke berbagai daerah seperti Bontang, Samarinda, dan Nunukan. Ketika praktik lapangan, mahasiswa membina Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), melayani pesantren kilat di sekolah-sekolah (terutama di bulan Ramadhan atau liburan sekolah), menjadi khatib shalat Jumat, serta mengisi kajian keislaman. "Suasana kuliah sangat mendukung. Selain itu kami juga bisa segera mempraktikkan ilmu yang kami dapatakan dengan mengajar di masjid dan mushalla," kata M Ja'far, mahasiswa asal Pekanbaru (Riau). MiftahuI Rahma mahasiswa asal Mentawai (Sumatra barat) pun merasakan hal itu. "Saya bersyukur bisa kuliah di STIS Hidayatullah. Suasananya alamiah, ilmiah islamiyah," ujarnya. Bagaimana agar jadi mahasiwa STIS? Syaratnya tak rumit. Niat dan tekad yang kuat untuk maju dan berprestasi, serta kesiapan mental untuk dibimbing dan dibina. Insya AIlah lulusan STIS mampu menjadi kader yang sarjana dan sarjana yang kader.* Hidayatullah
Share this article :

0 comments:



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PPAS HIDAYATULLAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
Modifikasi Oleh Muhammad Albar